Rampasan dari Perang Rohani

"Mereka telah menguduskannya dari rampasan perang untuk menyemarakkan rumah TUHAN" (1 Tawarikh 26:27). Ayat ini membuka mata kita tentang kebenaran yang mendalam dan yang mengubahkan hidup. Hal ini berbicara tentang rampasan yang hanya dapat dimenangkan dalam pertempuran. Dan saat rampasan-rampasan ini telah dimenangkan, mereka akan menyerahkannya untuk pembangunan rumah Allah.

Saya percaya jika kita menangkap daya kebenaran di balik ayat ini, kita akan memahami mengapa Tuhan mengizinkan peperangan rohani yang ketat sepanjang hidup kita. Banyak orang Kristen berpikir, sekali mereka diselamatkan, perjuangan mereka telah selesai, hidup mereka akan berjalan mulus. Sesungguhnya hal ini adalah sangat tidak benar dan tipuan belaka. Tuhan tidak hanya mengizinkan pertarungan kita, tetapi Ia malah memiliki tujuan mulia dalam hidup kita.

Jadi, apakah yang "rampasan perang" itu? Rampasan adalah penjarahan, perampasan harta benda yang dibawa pulang oleh para pemenang dalam pertempuran. Alkitab menyebutkan kata “rampasan” pertama kali terdapat dalam Kejadian 14, ketika sebuah persekutuan raja-raja menyerbu kota Sodom dan Gomora. Para raja penjajah beserta pasukannya ini menangkapi para penduduk dan menjarah harta benda milik mereka: "Segala harta benda Sodom dan Gomora dirampas musuh,…Juga Lot, anak saudara Abram, beserta harta bendanya, dibawa musuh…" (Kejadian 14:11-12).

Ketika Abram mendengar bahwa keponakannya Lot ditawan, ia mengumpulkan 318 tentara pelayannya dan mengejar raja-raja yang menjadi musuhnya itu. Alkitab mengatakan bahwa Abram “…mengalahkan dan mengejar musuh…Dibawanyalah kembali segala harta benda itu; juga Lot, anak saudaranya itu, serta harta bendanya dibawanya kembali, demikian juga perempuan-perempuan dan orang-orangnya" (14:15-16).

Inilah gambaran kemenangan Abram. Dia memimpin prosesi panjang untuk orang-orang yang sedang bersuka cita itu, dengan kereta gerobak yang penuh menumpuk tinggi dengan segala macam harta benda. Dan di tengah perjalanan, ia bertemu Melkisedek, raja Salem. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Abram digerakkan hatinya untuk memberikan seperpuluh dari seluruh jarahannya kepada raja ini (lihat 14:20). "Camkankanlah betapa besarnya orang itu, yang kepadanya Abraham memberikan sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik" (Ibrani 7:4).

Betapa menakjubkannya adegan ini. Hamba pilihan Allah baru saja memenangkan kemenangan yang besar, dan sekarang ia menyajikan sebagian dari semua harta rampasannya untuk raja Salem. Kenapa? Melkisedek adalah "imam Allah Yang Mahatinggi" (Kejadian 14:18). Abram dengan gamblang memberikan persepuluhan ini dengan tujuan untuk mempertahankan pelayanan rumah Allah.

Sekarang, cobalah bayangkan adegan yang terjadi hanya beberapa jam sebelum Abram mengalahkan para penjajah tersebut. Setan pasti telah menyombongkan diri. Pasukannya baru saja menawan seluruh penduduk dari dua kota, termasuk seorang saleh yang tinggal di sana. Lot yang hidupnya benar adalah satu-satunya orang yang telah menantang setan dalam mengendalikan kota-kota tersebut. Tetapi sekarang, setan telah menawan Lot sebagai rampasan, beserta dengan sejumlah besar ternak sapi, gerobak-gerobak yang penuh dengan makanan dan pakaian, dan dada mereka dipenuhi oleh perhiasan emas, perak dan batu mulia.

Saya bisa membayangkan bagaimana setan membual atas tertangkapnya benih Abram: "Lihatlah Lot. Dia diikat dengan rantai, dilucuti dari semua harta bendanya. Itulah yang terjadi kepada siapa pun yang mencoba mengganggu di daerah kekuasaanku."

Namun sekarang, bayangkanlah adegan yang terjadi setelah kemenangan Abram. Tentara persekutuan raja-raja tersebut terjebak dalam keputus-asaan dan kekalahan. Dan Abram membebaskan orang-orang tawanan itu dan mengambil kembali harta benda rampasan yang banyak itu. Harta benda ini tidak hanya dari Sodom dan Gomora, tetapi juga dari sembilan kota lainnya yang telah dijarah oleh para penjajah tersebut. Harta benda jarahan milik Sodom sampai tali kasut pun diberikannya kembali oleh Abram. Namun harta benda jarahan lainnya dari para raja penjajah tersebut disimpannya.

Berikut ini adalah prinsip yang Allah inginkan agar kita memegangnya dengan teguh: Tuhan kita lebih tertarik untuk membuat kita lebih dari hanya sekedar menjadi pemenang. Dia ingin memberikan kita rampasan, harta benda, kekayaan rohani dari hasil pertempuran kita. Kita akan muncul dari pertempuran dengan banyak gerobak yang penuh dengan segala sumber daya. Inilah yang Paulus tunjukkan pada saat ia mengatakan, "…Kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita" (Roma 8:37, huruf miring adalah catatan pribadi).

Raja Daud memiliki sikap hormat yang sama terhadap rampasan yang diambil dari peperangan. Kami melihatnya sebagai sebuah keputusan raja yang telah ditetapkan menjelang akhir hayatnya. Daud baru saja menunjuk putranya Salomo untuk menggantikan dia sebagai raja atas Israel. Dan sekarang dia mengumpulkan para pemimpin bangsa untuk mendirikan sebuah tatanan ilahi untuk melestarikan rumah Allah. Sumber daya apakah yang akan mereka gunakan untuk karya kudus ini? "Mereka telah menguduskannya dari rampasan perang untuk menyemarakkan rumah Tuhan" (1 Tawarikh 26:27).

Marilah saya tata kembali adegan ini. Setelah setiap kemenangan dalam peperangan, Daud menyisihkan harta rampasan tersebut dan menimbunnya hingga berlimpah-limpah yakni: emas, perak, kuningan, kayu, dan uang yang terlalu banyak untuk dihitung. Dan ia memiliki satu tujuan dalam benaknya yakni: menggunakan rampasan tersebut sebagai sumber daya untuk membangun rumah Allah.

Sementara itu, Daud meresmikan penata-layanan rumah Allah yang terdiri dari para imam, pengangkut barang, penyanyi, musisi, tukang batu, pengrajin, pekerja terampil untuk segala sesuatu yang diperlukan dalam memelihara rumah Allah. Setelah itu, Daud membentuk perbendaharaan khusus untuk menyediakan dana secara khusus pula demi pemeliharaan rumah Allah. Dan ia memerintahkan para kapten perangnya untuk membawa semua rampasan perang untuk memasok perbendaharaan ini.

Ketika Alkitab berbicara tentang pemeliharaan rumah Allah, dalam bahasa Ibrani berarti "untuk memperbaiki rumah, untuk memperkuat dan mengkonsolidasikan apa yang telah dibangun." Singkatnya, sumber-sumber daya ini dimaksudkan untuk mempertahankan keindahan asli dari rumah Allah tersebut. Sumber daya ini ditujukan untuk memperbaiki kerusakan apapun, untuk menjaga agar rumah Allah tetap dalam keasliannya.

Jadi, anda pun bertanya, di manakah Rumah Tuhan saat ini? Hal ini terdiri dari umat-Nya - anda, saya, dan gerejaNya di seluruh dunia. Menurut Paulus, tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Dan, seperti Israel purba, Tuhan kita masih mempertahankan rumahNya melalui rampasan yang diperoleh dalam pertempuran. Itulah sebabnya mengapa ujian-ujian kita dimaksudkan untuk lebih dari sekedar kelangsungan hidup kita sendiri. Melalui setiap pertempuran, Allah menyisihkan untuk kita; harta kekayaan, sumber daya, dan kemakmuran. Allah menimbun seluruh harta benda perbendaharaan yang diambil dari hasil pertempuran kita. Dan harta benda rampasan perang ini dipersembahkan untuk membangun dan memelihara tubuhNya, gereja Yesus Kristus.

Pikirkanlah hal ini: selama bertahun-tahun setelah Salomo mendirikan rumah Allah, rumah Allah itu dipelihara dengan baik dengan menggunakan harta benda dari hasil rampasan yang diambil dari peperangan pada masa lalu. Rumah Allah tetap beraktivitas dan hidup, karena umatNya muncul dari setiap pergumulan bukan hanya dengan kemenangan saja, tetapi juga diperkaya dengan sumber-sumber daya.

Kita menemukan prinsip "pasokan melalui pertempuran" ini di dalam seluruh Firman Allah.

Sementara Daud dan pasukannya pergi, bangsa Amalek menyerbu desa Ziklag. Penjajah dan perampok ini mengambil semua perempuan dan anak-anak serta membakar seluruh kota. Ketika Daud kembali, dia "sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu…Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya" (1 Samuel 30:6).

Berbicara mengenai peperangan rohani: Hal ini bukanlah hanya serangan terhadap Daud. Ini merupakan serangan habis-habisan terhadap tujuan Allah yang abadi. Sekali lagi, iblis mengincar benih Ilahi. Kita tahu bahwa Mesias yang dinubuatkan itu datang melalui keturunan Daud. Dan sekarang Setan telah mengambil setiap wanita dan anak yang sangat mungkin akan menjadi benih Ilahi yang akan datang tersebut.

Kekasih, inilah fokus dari semua peperangan rohani: musuh selalu bertekad untuk menghancurkan benih Kristus. Dan faktanya tidak berubah, bahkan 2.000 tahun setelah penyaliban Yesus. Setan masih keluar dari sarangnya untuk menghancurkan benih Allah. Dan ia melakukannya dengan cara menyerang kita, benih Kristus, dan dengan liciknya menghapus semua kesaksian kita.

Daud merasa terancam ketika ia mendengar gerutuan anak buahnya. Mereka ingin melemparinya dengan batu karena Daud dan pasukannya telah meninggalkan para perempuan dan anak-anak yang rentan itu. Tetapi Daud tahu bahwa ia bersih dan hatinya benar di hadapan Allah, dan Alkitab berkata ia menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan. Orang beriman ini segera berangkat dan mengejar bangsa Amalek. Dan ia dengan cepatnya menyusul mereka, dan menyelamatkan setiap orang dan harta milik yang telah diambil oleh orang Amalek tersebut: "…semuanya itu dibawa Daud kembali" (1 Samuel 30:19). Daud dan anak buahnya tidak kehilangan apa-apa, "sampai anak laki-laki dan anak perempuan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka" (30:19). Semuanya telah dihitung, bahkan mereka tidak kehilangan sekantong kacangpun.

Namun orang Amalek telah menjarah kota-kota yang lain juga. Kemudian Daud mengambil semua rampasan tersebut menjadi miliknya juga: "Daud mengambil segala kambing domba dan lembu; semuanya itu digiring mereka di hadapannya, serta berkata: “Inilah jarahan Daud." (30:20).

Seperti Abram, Daud lebih dari sekedar seorang penakluk. Dia melakukannya lebih dari sekedar bertahan atau hanya impas saja - tidak menang tidak kalah. Sebab Allah memiliki lebih banyak untuk Daud daripada hanya sekedar kesaksian kemenangannya. Ketika orang ini kembali bersama keluarganya, ia juga harus membawa sejumlah besar kawanan domba, kambing, unta dan sapi, serta banyak gerobak yang penuh dengan perak, emas, perhiasan, pakaian dan barang-barang rumah tangga lainnya.

Apakah yang Daud lakukan dengan semua rampasan perang ini? Dia mempergunakannya untuk mempertahankan tujuan-tujuan Allah. Daud tahu bahwa Tuhan telah mengurapi dia menjadi raja atas umatNya. Dan sekarang ia harus memperbaiki kerusakan yang terjadi pada reputasinya. Maka ia pun mengirimkan rampasan perang tersebut kepada mereka yang telah diasingkan terhadap dirinya, dengan maksud untuk menyatukan umat Allah: "…dikirimkannyalah sebagian dari jarahan itu kepada para tua-tua di Yehuda…dengan pesan: Inilah pemberian kepadamu dari jarahan yang dirampas dari musuh Tuhan" (30:26). Daud mengirimkan juga rampasan perang tersebut ke setiap kota di tempat dimana Daud dan orang-orangnya telah mengembara dan bersembunyi, "kepada yang di Hebron" (30:31). Akhirnya, Hebron pun telah terpilih menjadi kota yang menyebabkan Daud menjadi raja.

Berikut ini adalah contoh lain dari tujuan Allah terhadap pertempuran rohani kita. Kita akan mengambil rampasan perang ini bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk tubuh Kristus. Sumber daya yang kita peroleh dimaksudkan untuk membawakan berkat bagi orang lain juga.

Dalam kasus Daud, ternyata bahwa Allah menjaga rumahNya dengan sekaligus pula melestarikan benih keturunanNya. Daudlah yang akan menyediakan garis keturunan yang melahirkan Kristus. Namun, pada saat itu, Daud telah dipandang sebagai seorang buronan oleh suku-suku di seluruh tanah Israel. Dia secara terus-menerus berada dalam pelarian, menghadapi krisis demi krisis, di ambang kehilangan akan segalanya. Tetapi sekarang ini, rampasan perang - kawanan ternak dan kereta gerobak yang penuh dengan hadiah – membuktikan bahwa Daud adalah seorang prajurit yang menang. Dia telah keluar dari pertempuran yang diperkaya dengan sumber daya. Dan sumber-sumber daya tersebut disediakan untuk melanjutkan pekerjaan Allah.

Dalam bagian ayat ini, tentara Aram telah mengepung kota Samaria selama masa kelaparan. Orang Aram hanya berkemah di luar tembok kota, menunggu sampai orang Samaria menjadi kelaparan. Kondisinya menjadi sangat buruk bagi mereka yang tinggal di dalam tembok kota dimana sebuah kepala keledai dijual seharga delapan puluh keping perak. Orang-orang bertumbuh dalam keputus-asaan, termasuk kedua orang ibu yang setuju untuk merebus bayi mereka dan kemudian memakannya. Setelah mereka memakan bayi yang pertama, ibu yang kedua memungkiri niat dan janjinya dengan menyembunyikan anaknya. Jadi ibu yang berduka ini pergi menghadap raja untuk mengadukan temannya tidak mau berbagi itu. Hal ini sungguh suatu kegilaan yang luar biasa.

Empat orang kusta yang tinggal di luar tembok kota akhirnya berkata kepada diri mereka sendiri, "Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?…Jadi sekarang marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati. "(2 Raja-raja 7:3-4). Jadi berangkatlah mereka ke perkemahan tentara Aram.

Ketika mereka tiba, semuanya sunyi. Tak ada satu jiwa pun yang terlihat. Jadi mereka menyelidiki setiap tenda, tetapi semua orang sudah pergi melarikan diri. Alkitab menjelaskan: "Sebab TUHAN telah membuat tentara Aram itu mendengar bunyi kereta, bunyi kuda, bunyi tentara yang besar, sehingga berkatalah yang seorang kepada yang lain: Sesungguhnya raja Israel telah mengupah raja-raja orang Het dan raja-raja orang Misraim melawan kita, supaya mereka menyerang kita. Karena itu bangkitlah mereka melarikan diri pada waktu senja dengan meninggalkan kemah dan kuda dan keledai mereka serta tempat perkemahan itu dengan begitu saja: mereka melarikan diri menyelamatkan nyawanya."(7:6-7).

Ketika orang-orang kusta tersebut menyadari hal ini, mereka pergi dari tenda ke tenda, makan dan minum hingga kenyang. Kemudian mereka memenuhi tangan mereka penuh dengan emas, pakaian dan barang-barang lainnya, dan kemudian menyembunyikannya. Akhirnya, mereka kembali ke pintu gerbang kota dan memanggil penunggu pintu gerbang, "Ikutlah dengan kami. Anda tidak akan percaya, bahwa para tentara Aram telah melarikan diri dari perkemahan mereka. Sekarang perkemahan mereka telah menjadi kota hantu yang tak berpenghuni."

Alkitab berkata, "Maka keluarlah penduduk kota itu menjarah tempat perkemahan orang Aram. Karena itu sesukat tepung yang terbaik berharga sesyikal dan dua sukat jelai berharga sesyikal…" (7:16). Sekali lagi, umat Allah muncul lebih dari sekedar menjadi pemenang. Setan telah mencoba membuat mereka kelaparan sampai mati. Tetapi Tuhan memutar-balik seluruh keadaan. Dia mengambil rampasan perang tersebut dan menggunakannya untuk memulihkan dan menyegarkan umat-Nya, serta untuk mempertahankan keputusan kebijaksanaan-Nya di bumi ini.

Apakah anda menangkap gambaran ini? Apakah anda mulai memahami alasan yang ada di dalam pertempuran anda saat ini? Mereka yang menaruh kepercayaannya kepada Tuhan, dijanjikannya kemenangan yang gilang gemilang atas semua kekuatan musuh. Tuhan ingin anda tahu bahwa, "Ya, anda akan berkemenangan. Tapi Aku akan membuat anda lebih dari pada sekedar seorang penakluk. Aku bahkan akan bekerja di dalam kamu untuk tujuan yang jauh lebih mulia demi kerajaanKu. Anda pun akan keluar dari pertempuran ini dengan rampasan yang lebih banyak dari yang dapat anda menangani."

Paulus menjelaskan hal ini ketika ia menulis, "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan" (Efesus 3:20).

Berikut ini adalah kisah peperangan yang seru, dan merupakan salah satu pertempuran rohani terbesar yang terdapat di seluruh Alkitab. Sekali lagi, iblis berusaha untuk menghancurkan tujuan Allah di bumi, dimana kali ini melalui Haman yang jahat. Orang kaya dan yang berpengaruh ini membujuk raja Persia untuk mengeluarkan sebuah perintah raja agar dilaksanakan pembunuhan terhadap setiap orang Yahudi di berdiam bawah kekuasaannya yang terbentang dari India sampai ke Etiopia.

Orang Yahudi pertama yang dilihat oleh Haman adalah Mordekhai, seorang yang benar dan paman dari Ester. Haman memiliki tiang gantungan yang dibuat khusus untuk Mordekhai. Tetapi Esther segera campur tangan dengan memanggil umat Allah untuk berdoa dan mempertaruhkan hidupnya sendiri untuk mencoba membatalkan perintah Haman tersebut. Allah membongkar niat jahatnya itu, dan Haman akhirnya digantung pada tiang gantungan sendiri. Dan raja tidak hanya memutar balik perintah kematian tersebut, bahkan ia juga memberikan rumah Haman kepada Ester, sebuah istana yang bernilai jutaan dolar AS bila dinilai dengan standar harga pada saat ini.

Namun rumah Haman itu bukanlah satu-satunya jarahan yang dirampas dalam cerita ini. Alkitab memberitahukan bahwa , "Orang Yahudi telah beroleh kelapangan hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan" (Ester 8:16). Inilah rampasan yang sebenarnya yang telah diperolehnya dalam pertempuran melawan musuh.

Anda lihat sendiri bahwa pencobaan kita tidak hanya menghasilkan kekayaan rohani. Pencobaan-pencobaan ini telah membuat kita menjadi kuat, murni, dalam pemeliharaan yang berkesinambungan. Saat kita menaruh kepercayaan kita kepada Tuhan, Dia akan mengubah pencobaan-pencobaan kita agar menghasilkan iman yang lebih berharga dari emas (lihat 1 Petrus 1:7).

"Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka." (Kolose 2:15).

Yesus menjarah iblis di Kayu Salib, dan melucuti dirinya dari segala kekuasaan dan otoritas yang dimilikinya. Ketika Kristus bangkit dari kubur dengan penuh kemenangan, Ia memimpin sejumlah besar manusia yang tak terhitung banyaknya untuk ditebus olehNya dari cengkeraman setan. Dan penebusan manusia dengan darahNya ini masih terus berlaku hingga saat ini.

Namun, dengan luar biasanya, kemenangan Kristus di Kayu Salib ternyata memberikan kita lebih dari pada sekedar kemenangan atas kematian. Kemenangan Kristus ini memberikan kita rampasan yang luar biasa dalam kehidupan ini: kasih karunia, belas kasihan, kedamaian, pengampunan, kekuatan, iman, dan semua sumber daya yang dibutuhkan untuk mengatasi kehidupan ini. Dia telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga selalu tersedia sumber daya untuk pemeliharaan rumahNya: "tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan." (Ibrani 3:6).

Pertimbangkanlah Salomo sebagai gambaran Kristus dalam Perjanjian Lama. Ia membangun Bait Allah (gereja) dengan memakai semua sumber daya yang telah disiapkan oleh Daud (bapanya). Dan ketika Bait Allah tersebut memerlukan pemeliharaan, ia membuka kas perbendaharaan (Roh Kudus) yang telah disediakan secara khusus untuk tujuan itu.

Roh Kudus menunjukkan suatu kebenaran yang luar biasa kepada kita: Yesus telah menyediakan semua sumber daya yang kita butuhkan, yakni dalam Roh Kudus-Nya. Tetapi kita bertanggung jawab untuk membuka perbendaharaan itu demi untuk mempertahankan rumah-Nya. Dan sumber-sumber daya yang disediakan untuk memelihara rumah-Nya itu seharusnyalah datangnya langsung dari rampasan perang kita.

Kristus telah memberikan segala sesuatu yang diperlukan untuk pemeliharaan ini supaya terus berlangsung. Dia telah mengangkat kita untuk dapat masuk ke dalam rumah tanggaNya. Dia berperan sebagai batu penjuru. Dan Dia telah membersihkan seluruh rumah. Akhirnya, Ia pun telah memberi kita jalan masuk ke ruang Maha Kudus. Jadi, dengan iman kita sepenuhnya telah berdiri teguh sebagai rumah Tuhan yang lengkap sekarang ini. Yesus tidak membangun sebuah rumah yang hanya setengah jadi. Rumah-Nya harus selesai dibangun dengan lengkap.

Namun rumah Tuhan ini haruslah dipertahankan. Rumah ini harus dipelihara dalam kondisi yang baik sepanjang waktu. Dan untuk melakukannya diperlukan biaya yang sangat mahal. Tentu saja kita tahu di mana kita dapat menemukan sumber-sumber dayanya yakni di dalam Roh Kristus sendiri. Dialah bendahara atas semua rampasan perang. Namun Ia tidak dapat mengeluarkan sumber-sumber daya tersebut kepada kita jika kita tidak melihat adanya kebutuhan untuk rumah Tuhan tersebut. Singkatnya, Tuhan tidak akan mempertahankan rumah-Nya tanpa kerjasama dengan kita.

Kerjasama tersebut dimulai ketika kita berada di tengah-tengah konflik. Anda lihat, sumber-sumber daya kita adalah citra-Kristus yang kita menangkan dari pertempuran. Inilah yang menjadi pelajaran kita yakni iman, karakter yang kita peroleh dari peperangan dengan musuh. Jadi, apa pun yang kita lalui, pencobaan apa pun yang kita hadapi, kita bisa mengetahuinya bahwa Allah telah mengizinkannya, demi tujuan-Nya sendiri. Pertempuran itu memiliki nilai. Dan kita yakin bahwa akan ada sesuatu yang baik keluar dari pertempuran itu.

Paulus bahkan menganjurkan kita untuk bermegah dalam kesengsaraan kita. Kenapa? Jawabannya adalah untuk rampasan: "…kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan" (Roma 5:3). Pikirkanlah tentang semua rampasan lainnya yang dihasilkan dari kesengsaraan seperti: pengalaman, harapan, keberanian, kebijaksanaan, kasih Allah yang dicurahkan.

Bila kita tidak memiliki konflik, tekanan, ujian, perang, maka kita akan menjadi pasif dan suam-suam kuku. Peluruhan ini akan menggerogoti dari dalam, dan rumah doa kita akan roboh menjadi reruntuhan. Kita tidak akan mampu lagi menangani wilayah yang telah kita peroleh. Itulah sebabnya rencana musuh terhadap kita menjadi jelas bahwa ia ingin membawa kita keluar dari pertempuran. Tujuannya adalah menghapus semua pertarungan hidup kita.

Cobalah bayangkan rumah doa anda sebagai bangunan yang biasa saja, terbuat dari batu bata dan semen. Jika anda berjalan di sekitar rumah anda, anda akan mampu menunjukkan pekerjaan pemeliharaan yang telah dilakukan melalui ujian-ujian yang terjadi di masa lalu. Anda dapat mengatakan, "Lihatlah atap rumah yang bocor dan buruk itu. Saya ingat pertempuran yang harus saya lakukan untuk Tuhan demi memperbaikinya Bahkan, Ia menggantikannya dengan atap yang baru. Jendela yang ada disana - pernah rusak dan pecah. Tuhan mengijinkan saya untuk melewati ujian hidup saya selama itu. Sekarang, jendela itu sudah diganti dengan kaca patri yang indah ini. "

Kami menemukan semua sumber daya kami untuk pemeliharaan rumah doa kami yakni - kekuatan untuk terus bertahan, kuasa dalam mengatasi musuh - dalam pertempuran rohani kita. Pada hari itu ketika kita berdiri di hadapan Tuhan, Ia akan mengungkapkan kepada kita: "Apakah anda ingat apa yang anda alami pada saat peristiwa itu? Dan pada tanggal ini, dalam pertempuran yang mengerikan? Lihatlah apa yang telah anda capai melewati semuanya ini: sebuah rumah yang terpelihara, sesuai dengan aturan Ilahi, tanpa cacat atau cela. Itu semuanya dijamin melalui pertempuran yang anda menangkan. Lihatlah hasil pencobaan-pencobaan anda sekarang. Apakah semuanya itu tidak pantas diperoleh untuk anda? "

Bayangkanlah akan seperti apakah pada hari itu ketika anda memperlihatkan kepada iblis tentang rumah doa anda. Anda bisa menunjukkan kepadanya akibat dari semua serangannya ketika melawan anda, dan katakanlah padanya, "Lihatlah apa yang kamu lakukan kepada saya? Kalian sungguh-sungguh ingin menghancurkan saya. Tetapi pencobaan itu membuktikan agar saya tetap murni. Hal ini telah memberikan saya kesabaran, dan telah membuat api saya terus menyala bagi Yesus. Apa yang kamu maksudkan untuk kejahatan, telah digunakan oleh-Nya untuk memelihara rumah ini. "

Apakah anda dalam pertempuran sekarang ini? Apakah anda menghadapi peperangan rohani yang ketat dan seru? Jangan takut: Tuhan memiliki tujuan atas semuanya itu. Dan rencanaNya untuk anda melibatkan lebih dari sekedar bertahan hidup. Dia ingin anda untuk maju dengan lebih banyak sumber daya, lebih banyak kekayaan rohani, lebih banyak kekuatan - dari yang anda miliki saat anda memasuki pertempuran.

Fakta yang sederhana adalah, Allah telah menempatkan harta perbendaharaanNya di dalam tubuh manusia. Dia telah membuat anda menjadi sebuah Bait Allah, rumah untuk Roh-Nya berdiam. Dan anda memiliki tanggung jawab untuk memelihara Bait Allah itu. Jika anda malas dan ceroboh, mengabaikan pekerjaan pemeliharaan yang diperlukan - doa yang teratur, makan dari Firman Tuhan, bersekutu dengan orang-orang kudus – maka akan terjadi peluruhan yang menggerogoti anda dari dalam, dan anda akan mengalami kehancuran yang hebat.

Mungkin sekarang anda bingung, putus asa dan penuh dengan pertanyaan. Anda mungkin bertanya-tanya, "Saya tidak melihat tujuan apapun untuk perjuangan ini. Mengapa saya harus tenggelam lebih jauh di dalamnya? Sudah cukup bagi saya."

Banyak orang yang berhenti bertempur secara tragis. Dan mereka berakhir dengan kepahitan, kekerasan hati, marah, iman mereka seperti tumpukan abu. Kenapa? Mereka tidak memiliki sumber daya. Mereka membuang perbendaharaan harta mereka ketika mereka meninggalkan jauh-jauh dari pencobaan. Sedihnya, saya tahu banyak di antara para pendeta yang hidupnya merupakan kebalikan dari cara ini. Mereka hanya menyerah kalah. Dan ketika angin perjuangan dan pencobaan bertiup kencang, iman mereka berakhir kandas terdampar.

Ketika saya melihat kembali pada saya sendiri dalam masa lima puluh tahun pelayanan, saya ingat bahwa saya berkali-kali menjadi mudah untuk berhenti dan menyerah. Saya pun berdoa, "Tuhan, saya tidak mengerti serangan apakah ini. Dari manakah asalnya? Dan kapankah serangan ini akan berakhir? Saya sama sekali tidak melihat tujuan apapun di dalamnya."Tetapi seiring dengan waktu, saya mulai melihat buah dari pencobaan tersebut. Dan buah itu – adalah sumber daya, kekuatan, kekayaan rohani – yang disediakan untuk saya dengan cara yang tidak bisa saya dapatkan melalui cara lainnya.

Saya menganjurkan anda: bertahanlah dengan iman di dalam pencobaanmu, dan percayalah bahwaTuhan telah mengizinkannya. Ketahuilah bahwa Dia menggunakannya untuk membuat anda menjadi lebih kuat…untuk membantu anda mengambil rampasan perang dari si setan…untuk membuat anda menjadi berkat bagi orang lain…dan untuk menguduskan semuanya itu demi kemuliaan-Nya.