Ketika Anda Tidak Tahu Apa Yang Harus Anda Lakukan

Apakah yang akan anda pikirkan apabila presiden kita, menyampaikan kepada seluruh bangsa di tanah air melalui jaringan TV, serta mengaku - "Kami benar-benar tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Para pemimpin anda kebingungan, dan kita tidak memiliki arah yang jelas!" Semacam itulah pidatonya. Seluruh bangsa akan mengejek dan mencemooh terhadap presiden itu dan para menterinya.

Tapi itulah yang dilakukan Raja Yosafat. Tiga bala tentara musuh sedang mendekati Yehuda, dan pemimpin yang perkasa ini telah memanggil seluruh bangsa ini di Yerusalem untuk merumuskan rencana perang. Dia membutuhkan rencana, dan keputusan demi tindakan yang akan dilaksanakan. Sesuatu harus segera dilakukan. Sebaliknya, Yosafat berdiri di depan umat-Nya dan menuangkan hatinya kepada Allah dalam pengakuan, "Lihatlah, sebagai pembalasan mereka datang mengusir kami dari tanah milik yang telah Engkau wariskan kepada kami. Ya Allah kami, tidakkah Engkau akan menghukum mereka? Karena kami tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi laskar yang besar ini, yang datang menyerang kami. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu." (2 Tawarikh 20: 11-12).

Rencana macam apakah ini? Tidak ada program, tidak ada panitia penyelenggara. Tidak ada spanduk yang berkibar, tidak ada mesin perang yang bersinar dan mengkilat, tidak ada rencana perang yang hebat, tidak ada terompet yang menggelegar ataupun penggalangan tentara yang patriotik. Tetapi hanya pengakuan sederhana - "Kami berada di luar batas pikiran kami - kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan - jadi kami hanya menatapkan mata kami pada Tuhan." Mereka memutuskan untuk berdiam diri, mengakui kebingungan mereka, dan menempatkan harapan mereka dalam satu pengharapan saja. Mereka tidak akan bergerak kemana pun tetapi lebih mendekatkan diri kepada Tuhan mereka - terlihat sudah bahwa tidak ada lagi tempat lain yang dapat membantu selain kepada-Nya.

Apakah ini terdengar pengecut dan konyol? Lihatlah, pasukan musuh yang bersenjata mengelilingi mereka, dan burung-burung pemakan mayat mengisi langit, menunggu pertempuran untuk dimulai - sementara mereka hanya berdiri, memuji Allah, mengaku bahwa mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya - dan hanya memandang penuh harap kepada-Nya untuk datangnya pembebasan.

Saat ini, ketika kita mendapat masalah, kita bertindak seolah-olah kita mengatakan, "Tuhan, aku mencintaimu, tapi aku sudah tahu apa yang akan kulakukan." Ketika musuh datang seperti air bah, kita panik. Kita merasa bahwa kita harus melakukan sesuatu - membuat sesuatu supaya bergerak atau memberikan aba-aba. Kita butuh untuk melihat sesuatu terjadi, dan kita merasa bersalah jika kita tidak secara terus-menerus membuktikan kepada Allah betapa besarnya keinginan kita untuk "melakukan apa yang Dia minta dari kita."

1. Seorang ibu yang telah bercerai khawatir tentang ketidaknyamanan putranya sejak sang ayah meninggalkan rumah mereka. Anak itu tidak akan membiarkan ibunya keluar dari pandangannya. Dia berteriak dan berseru kepada ayahnya. Semua cinta kasih yang dicurahkan ibunya pada dirinya sepertinya tidak cukup. Apakah yang telah dilakukan oleh ibu Kristiani ini? Dia telah mencari nasihat dari teman-temannya; meneliti buku-buku tentang cara membesarkan anak, mencari solusi; seharian dia terus menerus mencari dalam keprihatinan dan kekhawatiran, berpikir pada dirinya sendiri, "Aku harus melakukan sesuatu untuk memecahkan masalah ini sebelum masalah itu tak dapat lagi diselesaikan."

Tapi ada suatu cara yang lebih baik. Cara ini sungguh-sungguh Alkitabiah bagi sang ibu yang berserah dan menangis, "Ini terlalu banyak untuk saya, saya sudah mencoba yang terbaik! Saya tidak tahu siapa yang akan berpaling menolong saya atau apa yang harus saya lakukan! Tidak ada seorang pun yang dapat menolong saya - jadi saya hanya akan tinggal diam mendekatkan diri kepada Yesus, menatapkan mata saya hanya pada-Nya - dan percaya bahwa Dia akan melihat saya melewati semua pencobaan ini."

2. Beberapa orang bingung dan di ambang menyerah. Mereka begitu ingin memberikan diri mereka 100% kepada Yesus, tetapi mereka telah terkena khotbah ketakutan legalistik yang telah menghantar mereka di bawah kuasa perbudakan. Mereka tersapu ke dalam Gerakan Karismatik, berharap menemukan sukacita dan kepuasan. Tetapi seorang pendeta mereka memperingatkan mereka, "Yesus mengatakan bahwa anda harus sempurna. Dia tidak akan pernah meminta kita untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat kita lakukan. Dengan mengatakan bahwa anda harus melakukan dosa yang sedikit saja setiap hari, hal itu berarti bahwa anda telah merencanakan sebelumnya untuk lari dari tanggung jawab terhadap sesuatu yang berdosa." Seorang pendeta lainnya menambahkan, "Ketaatan yang ditunda adalah ketidaktaatan. Setiap ketidaktaatan akan mendatangkan hukuman bagi anda." Sekarang mereka khawatir terhadap semua hal yang terlupakan oleh mereka untuk dilakukan, mengenai ketidaksempurnaan mereka dan pertempuran sehari-hari terhadap keinginan daging - dan mereka merasa  telah mengalami kekalahan.

Baru-baru ini mereka membaca buletin dimana seorang penginjil yang memperingatkan bahwa, "Pada hari kiamat, akan ada banyak umat Kristiani yang pergi ke gereja tiga kali seminggu, berdoa dalam bahasa roh, mengiktiarkan nubuat, mengajar Sekolah Minggu dan menjabat sebagai diakon – namun tidak akan diizinkan untuk masuk ke surga olehkarena mereka belum cukup membaca Alkitab dan belum cukup pula berdoa. Allah marah dengan orang-orang yang berdosa - setiap harinya. Dia telah bertekad untuk menghukum mereka selamanya. Tidak ada harapan sama sekali untuk mereka kecuali mereka berhenti berbuat dosa." Sekarang pun mereka juga khawatir dengan doa maupun membaca Alkitab yang belum cukup untuk menyenangkan hati Allah.

Mereka hidup dalam ketakutan yang menetap sifatnya. Mereka telah diberitahu pelbagai hal tentang ketakutan mereka - beberapa mengklaimnya sebagai "setan ketakutan" yang telah merayap ke dalam hidup mereka. Lainnya mengatakan bahwa mereka telah bersalah terhadap "pengakuan yang salah" – dan mereka dianjurkan untuk “tidak menerima rasa takut tersebut." Hanya mengakui saja sebagai "Kemenangan," demikian kata para pendeta tersebut - dan semuanya akan berakhir dengan baik.

Sang istri berkata, "Kami telah menjadi begitu sengsara dalam upaya kami membersihkan diri kami sendiri demi kehendak Allah. Setiap malam kami mengevaluasi keseharian kami dan selalu merasa bahwa Allah tidak senang dengan tingkah laku kami, entah bagaimana, gagal dalam berperilaku yang benar, mengakui yang benar atau melakukan yang benar. Kami berjanji ... untuk melakukan yang lebih baik esok hari. Tetapi inilah hal-hal yang membuat kita ingin menyerah dan berhenti untuk mencoba lagi. Kami telah kehilangan rasa damai dan aman. Ini bukanlah hidup yang berkelimpahan - itu adalah perasaan ketakutan. Tidakkah Salib Yesus memiliki arti yang lebih dalam daripada itu?"

Apa yang harus mereka lakukan? Mereka bertanya-tanya siapakah yang benar - umat Karismatik atau Baptis? Iman mereka terguncang, dan mereka telah kehilangan arah. Guru yang mana yang benar? Mereka semuanya kelihatan memiliki argumen yang baik dan banyak ayat-ayat Alkitab yang dipakai untuk membuktikan kebenaran mereka. Apakah kekudusan itu - apakah yang diharapkan oleh Allah? Apakah Allah melakukan itu semua untuk saya pada kayu Salib - atau apakah saya harus menampilkan kekuatan saya sendiri dan mengerjakan keselamatan saya sendiri dengan rasa takut dan gentar? Inilah yang sangat membingungkan!

Jawaban saya: Akuilah kebingungan anda – janganlah mencari jawaban yang tepat atas semua pertanyaan ini. Janganlah hanya lari berkeliling kian kemari semata-mata mencari guru yang dapat memberikan solusi dan jawaban. Anda tidak tahu apa yang harus anda lakukan atau ke manakah anda harus pergi? Bagus! Sangat bagus! Sekarang anda telah siap melakukannya dengan memakai cara-Nya Allah. Sekarang anda dapat berkata bersama Paulus bahwa, "Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu, selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan (I Korintus 2:2)." Berhentilah mencari para pengkhotbah dan pengajar yang seperti itu – larikanlah dirimu sendiri kepada Tuhan! Tatapkanlah pandangan anda pada-Nya dan bersama-sama Yosafat, menangislah dengan keras, "Mataku tertuju padaMu!"

3. Sebuah pasangan di Iowa telah mencoba untuk menyelamatkan pernikahan mereka. Mereka telah menikah selama lima belas tahun, dan lima tahun yang terakhir sudah tidak tertahankan. Keduanya menyimpan tulang kerangka di dalam lemari mereka - keduanya telah bersalah dalam mengambil janji pernikahan mereka. Sang suami selingkuh dan sang isteri "hampir saja melakukannya." Selama lima tahun, mereka telah mencoba untuk memaafkan satu sama yang lain. Tetapi pernikahan mereka tidak berjalan sebagaimana mestinya sekarang. Mereka berjanji untuk mencintai satu sama - tetapi masing-masing tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Mereka tidak dapat menyelesaikan akar permasalahan yang sebenarnya. Mereka kesepian, bahkan ketika bersama-sama. Mereka tidak berusaha menjangkau satu sama lainnya, dan semakin keras mereka mencoba, semakin frustrasi mereka jadinya. Mereka baru saja memiliki suatu minggu yang baik, ketika segala sesuatu tampaknya diperbaiki dan berjalan dengan baik. Lalu, tiba-tiba, semuanya meletus dan diam dalam kemarahan dan kebencian. Sang isteri menangis hingga tertidur – sang suami berpikir untuk menyerah. Di satu sisi, mereka masih saling tertarik satu sama lain – pada sisi yang lain, mereka tampaknya alergi terhadap satu sama lainnya. Mereka telah mencoba untuk membicarakan masalah mereka secara gamblang: Mereka telah membuat janji-janji yang tidak dapat dipenuhi oleh mereka sendiri; mereka sudah membaca buku-buku untuk mencari bantuan; mereka pernah ke konselor pernikahan. Tetapi tidak ada satupun yang memberikan solusi yang jujur. Mereka berdua telah mencapai di suatu tempat di mana mereka tidak dapat balik kembali. Sederhananya, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan atau ke mana mereka harus pergi untuk mendapatkan pertolongan!

Apakah ada solusinya untuk itu? Saya kira yah. Semua pernikahan - bahkan yang baik - memiliki periode yang membuat mereka stres. Namun beberapa pernikahan tidak dapat disembuhkan sama sekali – kecuali dengan keajaiban. Ketika dua orang telah mencoba segalanya - ketika mereka baru sadar bahwa tidak ada tempat untuk mencari bantuan - ketika kebingungan dan kepanikan mengambil alih – itulah saat yang tepat untuk Allah campur tangan. Sekali lagi – satu-satunya yang dapat anda lakukan dalam krisis seperti itu adalah bertindak seperti apa yang dilakukan oleh Raja Yosafat. Janganlah takut dengan kebingungan anda. Anda bukan satu-satunya yang menghadapinya. Allah seperti dokter spesialis untuk kasus "kehilangan harapan." Allah mengambil alih masalah kita ketika kita menyerah dan berhenti memakai cara kita sendiri. Pasangan ini, dengan pernikahan yang hampir hancur, haruslah berhenti mencari bantuan yang di luar Tuhan. Mereka harus menyerahkan masalah dan hidup mereka kepada Tuhan dan berdoa, "Tuhan, ini sungguh di luar batas kemampuan kami. Kami telah mencoba namun gagal. Kelihatannya semua tanpa harapan lagi – jadi kami hanya berdiri di hadapan-Mu, hanya memandang kepada-Mu untuk mendapatkan bantuan. Hanyalah Engkau, Tuhan - atau sama sekali memang tidak ada. Mata kami akan tetap tertuju pada-Mu."

4. Para pembaca sekalian – anda pun menghadapi krisis demi krisis di mana anda tidak tahu apa yang harus anda lakukan - atau ke manakah anda harus pergi untuk mendapatkan pertolongan! Apakah anda sedang menghadapi krisis keuangan? Apakah anda hidup di dalam rumah yang merobek-robek semangat anda? Apakah anak anda menyakiti hati anda? Apakah sakit penyakit dan nyeri telah membawa anda ke dalam lembah kematian? Apakah anda kehilangan pekerjaan? Apakah masa depan anda menakutkan dan tidak menentu? Apakah pernikahan anda di dalam masa kesulitan? Apakah kematian orang yang anda cintai telah membuat anda tertekan, kesepian dan merasakan kekosongan? Apakah perceraian anda telah meninggalkan perasaan seperti mengalami kegagalan dan ditolak?

Apakah anda – sekarang ini - merasa kewalahan? Apakah anda telah mencoba begitu banyak cara untuk menyelesaikannya, namun sepertinya tidak ada satu pun yang membantu? Apakah anda telah bosan mencoba? Apakah anda telah mencapai ujung akhir dari tali harapan? Apakah anda berkata dalam hatimu, "Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan sekarang?"

Kita hidup di masa dimana semuanya membuat hati semakin terguncang dan tidak aman - dan hampir semua orang sedang menyakiti satu dengan lainnya.

Tidak ada seorang pun yang tahu apakah yang harus dilakukan lagi. Para pemimpin kita tidak memiliki ide tentang apa yang sedang terjadi dengan dunia ini – atau dengan keadaan ekonomi. Masa depan bagi siapa pun merupakan tebakan belaka.

Dunia bisnis bahkan lebih membingungkan – para ahli ekonomi berdebat satu sama lainnya tentang apa yang akan terjadi. Tidak ada seorang pengusaha atau ahli ekonomi pun di dunia saat ini yang tahu pasti ke manakah tujuan kita.

Para psikolog dan psikiater kebingungan dengan kekuatan perubahan yang sedang mempengaruhi manusia hari ini. Mereka menyaksikan pecahnya rumah tangga dan pernikahan - sepertinya kita semua kebingungan, mengapa semuanya itu terjadi. Masing-masing memberikan alasan mereka, semuanya bertentangan satu dengan lainnya.

Hal inipun bahkan dapat membingungkan umat Kristiani saat ini. Para pendeta/pastur menegur kita dalam menghadapi masalah kita yakni dengan cara  "melihat ke dalam isi Alkitab kita sendiri – untuk menemukan jawabannya" Namun Alkitab tidak selalu menunjukkan secara khusus bahwa - "Inilah yang harus Anda lakukan!" Tidak selalu ada jawaban yang langsung berkenaan dengan masalah khusus anda. Kadang-kadang, kecuali Roh Kudus memberikan wahyu khusus, anda mendapatkan kebingungan dengan ayat-ayat yang tampaknya di permukaan, bertentangan. Pada satu tempat di Alkitab yang anda baca mengatakan, "… juallah segala yang kau miliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin (Lukas 18:22)." Kemudian pada bagian lain anda pun membaca, "Tetapi jika ada seorang yang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman (I Timotius 5:8)." Jika Anda menjual semuanya dan memberikannya kepada orang miskin, bagaimanakah anda bisa menyediakan sisanya untuk anda sendiri?

Boleh percaya atau tidak, bahkan orang-orang kudus terbesar yang pernah hidup di dunia ini tidak pernah sepenuhnya memahami pertempuran antara daging dan Roh. Mengapa semua denominasi gereja berbeda? Mengapa semua berebutan membuat doktrin? Mengapa begitu banyak perselisihan dalam pembaptisan, doktrin dan moral? Sederhana saja jawabannya, karena manusia saat ini masih hidup dalam kegelapan dalam memahami begitu banyak hal. Kita semua akhirnya mencapai tempat seperti tempatnya Raja Yosafat. Musuh berdatangan melawan kita semua. Beberapa mempersiapkan pasukan besarnya di garis depan, seolah-olah mereka tidak memiliki rasa takut, tidak ada pertanyaan, tidak ada masalah, tetapi mereka adalah orang-orang yang, dalam hatinya, sedang melawan pertempuran yang terburuk. Seringkali, orang-orang yang menghakimi orang lain dan orang yang penampilannya begitu suci dan benar di hadapan orang lain sedang melancarkan perang dengan hawa nafsu yang berada jauh di dalam lubuk hati mereka.

Ya - kita semua saling menyakiti satu sama lainnya! Kita semua dalam keadaan butuh! Kita semua telah mencapai titik kepanikan ketika hati kita berseru, "Apakah yang harus saya lakukan sekarang?"

Beberapa orang berpikir bahwa saya tidak seharusnya mengakui bahwa saya juga memiliki pertempuran. Tetapi saya juga mengalami kekeringan rohani beberapa kali. Saya pun telah terjun ke dalam kegelapan dan kebingungan dalam beberapa kesempatan. Bersama Yusuf, saya bisa mengaku, "Firman-Nya menguji aku (versi King James – Mazmur 105:19)!" Tetapi saya tidak lebih baik atau lebih buruk daripada para pembaca pesan ini. Billy Graham juga di dalam perahu yang sama. Orang yang tersuci sekalipun merasa terluka. Saya tahu apa yang sedang dialami oleh Raja Yosafat. Saya sendiri berada di sana - ketika, saya juga harus menangis keras-keras, "Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan - jadi saya akan menatapkan mata saya agar selalu tertuju pada-Nya!"

Anda tidak hanya melipat tangan—duduk-duduk santai—membiarkan Tuhan melakukan semuanya itu!

Itu bukanlah artinya menatapkan mata anda untuk "tetap pada Tuhan." Kita melihat ke arah Tuhan, bukan sebagai orang yang tahu apa yang harus kita lakukan, tetapi sebagai orang yang tidak tahu sama sekali apa yang harus kita lakukan. Tapi kita tahu bahwa Dia adalah Raja yang bertakhta di atas banjir. Dia adalah Tuhan di atas segalanya, dan kita tahu bahwa walalupun dunia terbelah menjadi dua - jika semuanya berantakan - Dia adalah Batu Karang kepastian. Mata kita tetap tertuju pada Tuhan yang telah bangkit. Jika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan, iman kita meyakinkan kita bahwa Dia pasti tahu apa yang harus dilakukan.

Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog Jerman, membayangkan umat Kristiani seperti seseorang yang sedang mencoba untuk menyeberangi lautan dengan potongan balok es yang mengambang. Umat Kristiani ini tidak akan dapat beristirahat ketika sedang melintasi lautan, kecuali di dalam imannya bahwa Allah akan melihat dia melewati semuanya ini. Dia tidak bisa berdiri di mana saja seenaknya terlalu lama, atau kalau tidak, ia akan tenggelam. Setelah mengambil langkah, ia harus hati-hati untuk langkah selanjutnya. Di bawahnya adalah jurang laut dalam dan di depannya adalah ketidakpastian - tetapi selalu di depannya adalah Tuhan – sangat pasti dan penuh keyakinan! Dia belum dapat melihat daratan, tetapi itu ada di sana – sebuah janji yang disimpan di dalam hatinya. Maka, pengembara Kristiani haruslah terus-menerus menatapkan matanya pada tempatnya yang terakhir!

Saya lebih suka berpikir bahwa hidup itu seperti perjalanan di padang gurun - seperti yang dialami orang-orang Israel. Dan seperti di dalam pertempuran Raja Yosafat, bersama-sama dengan semua orang Yehuda, telah juga menjadi pertempuran kita. Sungguh, itulah gurun pasir; ada ular, ada lubang air yang kering, lembah air mata, tentara musuh, pasir yang panas, kekeringan, gunung-gunung yang tidak bisa dilewati. Tetapi ketika anak-anak Tuhan berdiam diri melihat keselamatan-Nya, Dia sedang menebarkan sebuah meja perjamuan di tengah-tengah padang gurun itu - hujan manna yang turun dari atas - tentara musuh yang dihancurkan oleh kuasa-Nya sendiri - mengeluarkan air dari gunung batu - mengangkat keluar racun yang berasal dari gigitan ular - memimpin mereka dengan tiang awan dan - memberi mereka susu dan madu - dan membawa mereka ke tanah yang dijanjikan dengan tangan yang tinggi dan kuat. Dan Allah memperingatkan mereka untuk memberitahukan kepada setiap generasi penerus yang berikutnya: "… Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman Tuhan semesta alam" (Zakharia 4: 6).

Seorang wartawan meminta saya untuk menanggapi pertanyaan tentang tekanan kantor pajak dan instansi pemerintah lainnya terhadap gereja. "Bukankah kantor pajak berusaha memajaki semua pendeta evangelis? Tidakkah akan datang harinya ketika pemerintah mencekik semua usaha penginjilan para misionaris dan evangelis? Apakah yang akan anda lakukan, ketika melihat hal-hal ini sudah menjadi kenyataan?"

Saya menjawab: "Kami akan dipaksa kembali untuk melakukan pekerjaan Yesus dengan cara yang Dia lakukan sendiri. Mungkin akan datang harinya ketika saya dan semua teman-teman saya para pelayan Injil harus berhenti melakukan penginjilan seperti bisnis yang besar dan kembali ke metode Perjanjian Baru. Kami akan dihargai jauh dari metode yang mahal dan harus kembali berjalan kaki di jalanan dengan orang-orang berdosa, seperti yang dilakukan oleh Yesus. Tetapi selama mata kita terfokus pada Yesus, tidak akan ada yang menghentikan pesan-Nya untuk diberitakan."

Berhentilah mencari! Berhentilah mencari bantuan ke arah yang salah. Dapatkanlah sendiri dengan Yesus di tempat rahasiamu; katakanlah kepada-Nya semua tentang kebingungan anda. Katakanlah kepada-Nya bahwa anda tidak memiliki tempat lain untuk pergi. Katakanlah kepada-Nya bahwa anda hanya percaya kepada-Nya untuk melihat anda melewati semuanya ini. Anda akan tergoda untuk memecahkan masalah dengan cara anda sendiri. Anda akan mencari pemecahannya dengan cara anda sendiri. Anda akan terheran-heran apabila Tuhan yang bekerja - tidak akan tampak adanya tanda-tanda perubahan. Iman anda akan diuji sampai batas kekuatannya. Tetapi tidak ada sesuatu pun yang terjadi bagaimanapun juga - tidak ada juga yang rugi. Petrus menyimpulkan semuanya - "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal?" (Yohanes 6:68).

"Marilah kita melakukanya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan ..." (Ibrani 12: 2).

"Berpalinglah kepada-Ku, dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah, dan tidak ada yang lain" (Yesaya 45:22).

"Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari TUHAN! Pandanglah gunung batu yang daripadanya kamu terpahat ..." (Yesaya 51: 1).

"Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku" (Mikha 7: 7).

"Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN" (Mazmur 112: 7).

"Siapa di antaramu yang takut akan TUHAN dan mendengarkan suara hamba-Nya? Jika ia hidup dalam kegelapan dan tidak ada cahaya bersinar baginya, baiklah ia percaya kepada nama TUHAN dan bersandar kepada Allahnya" (Yesaya 50:10).