Kemenangan Atas Dosa Yang Membuntuti Anda

Dosa menyebabkan umat Kristiani menjadi pengecut yang penakut dan yang hidupnya penuh dengan kekalahan yang memalukan. Mereka tidak bisa berdiri dengan berani melawan dosa karena menyimpan dosa rahasia di dalam kehidupan mereka sendiri. Mereka memaafkan dosa orang lain karena ketidakpatuhan dalam hati mereka sendiri dan mereka tidak dapat memberitakan kemenangan karena mereka hidup di dalam kekalahan. Beberapa dari mereka pernah tahu apa artinya hidup berkemenangan, melakukan pembalasan terhadap dosa, setelah dipenuhi oleh kebenaran Kristus dalam hidup mereka sendiri. Mereka mengalami kekuatan, keberanian, berkat yang datang kepada mereka yang taat kepada Tuhan. Hari ini mereka hanyalah bayangan dari diri mereka yang lama. Sekarang mereka menundukkan kepala mereka karena malu, tidak dapat melihat dunia dengan pandangan mata sebagai korban dari dosa yang telah mengatur kehidupan mereka. Sebuah dosa yang membuntuti ini telah merampok mereka yang penuh vitalitas spiritual dari satu musuh ke musuh yang lain dengan tingkat perlawanan yang semakin tinggi terhadap mereka.

Seorang penginjil yang diurapi Roh Kudus sebelumnya namun sekarang ini menjadi penjual mobil-mobil di sebuah kota kecil di Texas. Ia adalah seseorang yang pernah berdiri di mimbar sebagai pengkhotbah yang penuh kuasa memberitakan Injil dan ada ribuan orang yang diubahkan hidupnya melalui pelayanannya. Ia akhirnya menjadi seorang pezinah, meninggalkan istri dan melarikan diri bersama pacarnya. Hanya dalam beberapa minggu saja, mereka telah kehilangan segalanya. Penginjil ini sekarang berada dalam tempurung dari dirinya sendiri dengan kehidupannya yang lama, terlihat berjalan terseok-seok, terpukul rebah dengan mata yang penuh kesedihan, sungguh pemandangan yang menyedihkan! Dia hidup dalam ketakutan yang berkepanjangan dan menghabiskan malam tanpa tidur olehkarena memikirkan apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Kecemasannya telah membuatnya sakit secara fisik, ia mengidap sakit jantung, bisul dan hipertensi. Dia telah bertobat dari dosanya, tapi ia tidak dapat menghindari masa lalunya. Allah mengampuni, tetapi manusia tidak bisa mengampuni.

Seorang pemuda berusia enam belas tahun mengaku kepada saya, "Saya telah berhubungan seks dengan pacar saya. Saya telah membaca apa yang dikatakan oleh Alkitab tentang percabulan dan perzinahan dan sekarang saya merasa ketakutan. Saya khawatir bahwa Allah akan mengadili saya jika Alkitab itu memang benar. Saya terus saja melakukannya dan saya penuh dengan rasa takut, rasa bersalah dan khawatir. Sepertinya ada dua orang yang hidup di dalam saya — yang baik dan yang buruk. Saya takut yang jahat dalam diriku akan mengalahkan yang baik dan Allah akan menyerah tak dapat berbuat apa-apa terhadap saya. Bagaimanakah saya dapat memastikan yang baik dalam diri saya mendapatkan kemenangan?"

Kedua orang ini, pendeta dan anak muda telah dikuasai oleh musuh mereka yakni rasa bersalah, ketakutan dan depresi. Mereka adalah para korban, yang telah dikalahkan dan dipermalukan oleh musuh yang tak terlihat itu yang terus mengancam untuk menghancurkan mereka. Dosa selalu mengakibatkan hadirnya para musuh. Dosa telah melemahkan semua perlawanan; mengubahkan seorang pendekar menjadi orang yang lemah. Nafsu telah dikandung, yang akhirnya melahirkan dosa, dan dosa telah melahirkan musuh untuk menghancurkan diri kita.

Raja Daud memiliki musuh. Mereka adalah orang Filistin, orang Amori, Suriah dan musuh-musuh lainnya yang berbaris melawan Israel. Ketika Daud hidup benar dengan Tuhan dan dalam persekutuan yang baik denganNya, tidak ada satupun dari musuh-musuhnya yang dapat berdiri melawannya. Dan ia pun telah memusnahkan puluhan ribu musuh-musuhnya dan namanya pun ditakuti oleh setiap musuhnya. Tapi ketika Daud berdosa dan menjadi terasing dari Tuhan, para musuh-musuhnya bertumbuh menjadi berani dan akhirnya mengalahkan dirinya. Dosa telah menyebabkan dia kehilangan keberanian dan rasa percaya diri, membuatnya menjadi lemah di hadapan semua musuhnya.

Dosa Daud dalam perzinahan dengan segera diikuti dengan kemenangan yang terbesarnya. Perang Amon-Aram adalah salah satu pertempuran terbesar Israel. Daud mengumpul seluruh orang Israel, membawa mereka menyeberangi sungai Yordan dan melakukan pertempuran di Helam. Orang Aram melarikan diri dari hadapan bangsa Israel — tujuh ratus kereta berkuda hancur, empat puluh ribu pasukan penunggang kuda tewas dan semua raja yang bersekutu dengan Amon dan Aram melarikan diri. Bagian ayat-ayat tentang perang besar ini ditutup dengan, "… maka mereka mengadakan perdamaian dengan orang Israel dan takluk kepada mereka …" (2 Samuel 10:19). Orang besar yang bersandar pada Allah ini, menikmati kemuliaan atas kemenangannya yang terbesar, yang kemudian mulai bernafsu untuk berzinah dengan Batsyeba, dengan cara membunuh suaminya Uria. "Setelah lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya. …  Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN" (2 Samuel 11:27).

Jadi Tuhan mengkirimkan nabi Natan kepada Daud. Nabi itu tidak datang untuk menasihati Daud bagaimana caranya menangani rasa bersalah dan penghukuman-Nya. Ia tidak menawarkan kepada raja salep mujarab untuk hati nuraninya yang terserang itu. Sebaliknya, Natan langsung menentang raja Daud hingga kepada  jantung permasalahannya. "Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. … Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? … Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, ..."

Untuk seorang anak manusia yang telah menjadi kesayangan hati-Nya sendiri, Allah telah mengatakan, "Bahwasanya, malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri ..." (2 Samuel 12:11). Tak lama setelah itu, anaknya tercinta Absalom berbalik melawan dia dan Daud melarikan diri untuk mempertahankan hidupnya ke padang gurun. Betapa suatu pemandangan menyedihkan!

"Daud mendaki bukit Zaitun sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut. Juga seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia masing-masing berselubung kepalanya, dan mereka mendaki sambil menangis" (2 Samuel 15:30).

Apakah orang yang menangis, bertelanjang kaki ini, seorang raja agung yang sama yang, hanya beberapa bulan sebelumnya, telah mengalahkan dua kekuatan dunia? Apakah yang telah mengubahnya menjadi seorang yang lemah, tak berdaya dan pengecut yang lari dari hadapan musuhnya? Itulah dosa — tidak ada yang lain! Seperti Simson, Daud dicukur habis keberaniannya dan kekuatannya karena ia menyerah pada kelemahan hawa nafsu dagingnya.

Salomo juga ditakuti oleh semua musuhnya. Tentara Firaun telah ditahan dengan reputasinya yang kuat. Edom tidak berani menyerang raja yang begitu kuat ini. Miliknyalah pemerintahan yang mulia dan ketenarannya itu tiada yang menandinginya. Dia diberkati, dibuat makmur dan dihormati dalam seluruh yang ia lakukan. Tapi Salomo berdosa kepada TUHAN dan mengizinkan cintanya kepada Allah untuk menjadi dingin. Ia telah kehilangan kontak dengan surga. Dan lihatlah apakah yang terjadi. Allah berkata kepadanya, "Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu" (1 Raja-raja 11:11).

Tiba-tiba musuh Salomo bangkit melawan kepadanya. "Kemudian TUHAN membangkitkan seorang lawan Salomo, yakni Hadad, orang Edom ..." (1 Raja-raja 11:14). Tidak hanya satu musuh, tapi dua: "Allah membangkitkan pula seorang lawan Salomo, yakni Rezon bin Elyada ... Ia muak akan orang Israel dan menjadi raja atas Aram." (1 Raja-raja 11: 23-25). Dosa dan 'kompromi telah melemahkan raja yang perkasa ini, bahkan hamba-nya pun menjadi musuhnya. "Juga Yerobeam ... seorang pegawai Salomo, nama ibunya Zerua, seorang janda, memberontak terhadap raja" (1 Raja-raja 11:26).

Tidak satu musuh Israel pun yang dapat bertahan melawan mereka ketika bangsa itu melakukan apa yang benar di hadapan Allah. Musuh-musuh mereka lari ketakutan pada saat menyebutkan nama mereka. Hati para musuh  itu "meleleh seperti lilin" ketika tentara Israel menang dalam peperangan, dengan panji-panji yang melambai. Tapi ketika Israel berdosa, bahkan musuh yang terlemah pun mendapatkan kemenangan melawan mereka. Achan melakukan suatu dosa yang terkutuk dan sejumlah tentara yang kecil dari kota Ai itu membuat tentara Israel berlari dengan penghinaan dan kekalahan.

Dengarkanlah doa Salomo pada saat ia mempersembahkan Bait Allah dan dengan segera anda menemukan bahwa semua orang Israel itu menyadari apa yang membuat mereka menjadi menang dan apa yang membuat mereka menderita kekalahan atas mereka.

"Apabila umat-Mu Israel terpukul kalah oleh musuhnya karena mereka berdosa kepada-Mu … Apabila mereka berdosa kepada-Mu - karena tidak ada manusia yang tidak berdosa — dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh... (1 Raja-raja 8: 33,46).

Semua yang harus dilakukan oleh orang Israel, untuk menjaga berkat yang berkelimpahan dari Tuhan adalah "Dengan Rajin bersungguh-sungguh memegang perintah-perintah Tuhan, untuk mengasihi Tuhan dan melayani Dia dengan segenap hatimu dan jiwamu." Allah menjanjikan berkat yang melampaui apa pun yang mereka dapat bayangkan. Allah menjanjikan mereka, "Tidak ada yang akan dapat bertahan menghadapi kamu: TUHAN, Allahmu, akan membuat seluruh negeri yang kauinjak itu menjadi gemetar dan takut kepadamu, seperti yang dijanjikan TUHAN kepadamu." (Ulangan 11:25 ).

Israel diberitahu, "Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk, berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, … dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu ..." (Ulangan 11 : 26-28).

Manifestasi Allah yang sangat jelas kerjanya tidak boleh hilang saat ini. Inilah yang menyebabkan kenapa kita jatuh sebagai korban di hadapan para musuh modern ini? Kita berperang bukan melawan darah dan daging para musuh — musuh kita bahkan lebih dari kuat itu! Musuh kita adalah rasa takut, depresi, rasa bersalah, penghukuman, khawatir, cemas, kesepian, kekosongan, keputusasaan.

Apakah Allah telah berubah dalam karakter-Nya atau apakah Dia masih "membangkitkan permusuhan" terhadap generasi yang berdosa dan kompromi dengan dosa? Mungkinkah musuh modern ini menguasai banyak umat Allah olehkarena dosa mereka yang tersembunyi dan kemurtadan? Itu bukanlah kuk yang berat yang Allah bebankan pada umat-Nya. Secara sangat sederhana dan mudah: "Patuhilah dan anda diberkati atau tidak mematuhi dan anda menderita." Pesan yang sama ini bergema dalam Perjanjian Baru:

"Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera" (Roma 8: 6).

Kita telah memiliki pelajaran yang cukup tentang bagaimana mengatasi masalah dan ketakutan kita. Kita belum memiliki cukup pengajaran tentang bagaimana menghadapi dosa dalam hidup kita. Anda tidak dapat menyembuhkan kanker dengan menutupinya dengan tambalan. Semua itu harus dihapus. Kita akan terus menjadi orang yang terikat dengan sakit jiwa selama kita memaafkan dosa yang berada di dalam kita. Tidak heran kita begitu tertekan, khawatir, dibebani dengan rasa bersalah dan penghukuman — kita hidup di dalam ketidaktaatan dan kompromi dengan berdosa.

Sebagian besar dari kita menyadari sepenuhnya bahwa dosa adalah akar dari semua masalah kita. Kita tahu bahwa dosa menyebabkan rasa takut, rasa bersalah dan depresi. Kita tahu bahwa dosa itu merampas kita dari semua keberanian spiritual dan vitalitas kita. Tapi apa yang kita tidak tahu adalah bagaimana mengatasi dosa itu begitu mudah bersarang di dalam kita.

Sebagian besar buku-buku yang saya sudah baca tentang mencapai kebenaran Kristus — dan bagaimana hidup suci — tidak pernah memberitahukan anda bagaimana caranya mendapatkan dan mempertahankan kemenangan atas dosa. Kita mendengar topik itu dikhotbahkan pada kita sepanjang waktu, "Dosa adalah musuh anda. Allah membenci dosa anda. Berjalan dalam Roh. Meninggalkan cara yang jahat. Buanglah dosa yang mengindap tetap di dalam anda. Janganlah terikat dengan tali kejahatan anda sendiri." Semuanya itu baik dan bagus.

Bagaimanakah anda mengatasi dosa yang telah menjadi kebiasaan anda? Dimanakah kemenanganmu dalam mengatasi dosa yang mengepung itu yang hampir menjadi bagian dari kehidupan anda? Anda dapat membenci dosa itu; anda dapat terus bersumpah bahwa anda tidak akan pernah melakukannya lagi; anda bisa saja menangis dan menangis dan hidup dalam penyesalan atas apa yang telah anda lakukan — tapi bagaimanakah anda dapat meninggalkannya jauh-jauh? Bagaimanakah anda mencapai pada suatu titik di mana dosa itu tidak lagi memperbudak anda?

Baru-baru ini, saya bertanya kepada lebih dari 300 orang dengan pertanyaan yang sangat tajam: "Berapa banyakkah dari anda yang kalah dalam pertempuran melawan dosa yang mengepung anda. Berapa banyakkah dari anda yang memiliki satu dosa rahasia yang terus saja menyeret anda terjatuh makin dalam?" Saya terkejut dengan reaksi yang cepat. Hampir semua dari mereka mengakui bahwa mereka adalah korban, yang mati-matian mencari jalan untuk dibebaskan dari sebuah dosa yang mengikat mereka itu.

Kemanapun saya pergi, saya mendengar suatu pengakuan yang mengerikan atas kekalahan dan kegagalan dalam mengatasi dosa yang selalu membuntuti. Kebanyakan dari mereka adalah umat Kristiani yang berdedikasi dalam mengasihi Tuhan. Mereka bukanlah orang-orang jahat atau keji; hanya saja mereka harus mengakui, "Aku punya masalah dengan yang satu ini yang membuatku tidak dapat menjadi benar-benar bebas."

"Saya tidak bisa memberitahukan kepada siapa pun tentang pertempuran rahasia saya, itu adalah antara Tuhan dan saya. Saya sudah berdoa untuk pembebasan selama lebih dari tiga tahun hingga saat ini. Saya telah membuat seribu janji untuk berhenti. Saya telah hidup di dalam siksaan. Ketakutan akan Allah terus saja menghantui saya. Saya tahu itu salah. Tapi saya mencobanya sedapat mungkin, saya terus saja melakukannya. Saya kadang-kadang berpikir bahwa saya akan ketagihan untuk selamanya."

"Anda memberitahukan saya untuk mengesampingkan dosa saya — itu bagus. Saya telah melakukannya ratusan kali. Tapi dosa saya tidak akan mau melepaskan saya. Hanya ketika saya pikir bahwa saya telah mendapatkan kemenangan — DOR — datang lagi. Saya sudah menangis seperti sungai air mata yang melebihi dosa saya dan saya lelah untuk berjanji dengan Allah dan akhirnya saya tidak akan pernah melakukannya lagi. Yang saya inginkan adalah bebas, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya. Saya tahu saya tidak akan pernah menjadi seperti apa yang Tuhan inginkan sampai akhirnya saya mendapatkan kemenangan."

"Saya telah berkhotbah kepada orang lain selama lebih dari lima belas tahun, tetapi baru-baru ini saya jatuh ke dalam perangkap setan. Saya sudah lumpuh rohani dan semakin saya membenci dosa yang membuntuti saya ini, saya malahan tidak bisa mendapatkan kebebasan dari perbudakan ini. Tidak ada formula dan solusi yang telah saya khotbahkan kepada orang lain yang mampu mengatasi dosa saya ini. Terus terang, saya ingin tahu sampai seberapa lama Allah mentolelir saya hingga akhirnya dosa saya terungkap. "

Saya tidak memiliki formula, tidak ada solusi sederhana sekalipun. Saya tahu ada banyak kenyamanan dalam Alkitab untuk mereka yang berjuang dalam pertempuran antara daging dan Roh. Paulus berjuang dalam jenis pertempuran yang sama, melawan musuh yang sama. Dia mengaku, "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat" (Roma 7:19).

Paulus berteriak, sama seperti semua manusia, "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" Dia melanjutkan dengan mengatakan, "Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita ..."

Ya, kita tahu — kemenangan atas semua musuh kita adalah melalui Yesus Kristus Tuhan. Tapi bagaimanakah kita mendapatkan kekuatan dari pohon anggur-Nya untuk rancing kecil ini? Bagaimanakah hal ini dapat terjadi? Saya mengasihi Yesus, selalu memilikinya; saya tahu Dia memiliki semua kekuatan. Saya tahu Dia berjanji padaku untuk memberikan kemenangan, tapi apakah artinya itu semua? Bagaimanakah kemenangan itu akan datang untuk kita? Perkara ini tidaklah sekedar menerima pengampunan-Nya; anda harus sungguh-sungguh bebas dari dosa yang akan kembali kepada anda.

Saya hanya mulai melihat sedikit cahaya dari misteri besar mengenai kesalehan ini. Allah sedang meminta saya untuk melakukan tiga hal berikut ini yang saya dapatkan dalam pencarian saya sendiri mengenai kemenangan total atas segala dosa yang membuntuti saya.

Pada setiap saat, saya harus mengingatkan diri saya sendiri bahwa Allah membenci dosa saya. Sebagian besar dikarenakan oleh dosa yang dilakukan oleh saya sendiri. Allah membencinya sebab dosa itu akan melemahkan saya dan membuat saya menjadi pengecut. Oleh karena itu, saya tidak bisa menjadi bejana kehormatan untuk melakukan pekerjaan-Nya di bumi. Jika saya memaafkan dosa saya sebagai kelemahan — jika saya membuat diri saya percaya bahwa saya merupakan pengecualian dan bahwa Allah akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan saya — jika saya menyingkirkan semua pikiran mengenai pembalasan Ilahi - maka saya akan berada dalam cara hidup yang memaafkan dosa saya sendiri dan membuka diri untuk pikiran yang terkutuk. Allah ingin saya membenci dosa saya, membencinya dengan semua keberadaan saya. Tidak akan ada kemenangan atau pembebasan dari dosa sampai saya sendiri yakin bahwa Allah tidak akan mengizinkannya!

Takut akan Allah terhadap dosa adalah dasar dari semua kebebasan. Allah tidak dapat membiarkan dosa; Dia tidak bisa mengizinkannya terus-menerus; Dia tidak dapat membuat pengecualian sekalipun - jadi hadapilah itu! Itu memang salah! Jangan berharap untuk dimaafkan atau diberikan hak-hak istimewa. Allah harus bertindak terhadap semua dosa yang mengancam untuk menghancurkan salah satu dari anak-anak-Nya. Ini salah dan tidak akan pernah membuatnya menjadi benar. Dosa mencemari aliran murni dari kekudusan yang mengalir melalui saya. Harus diakui dan ditinggalkan. Aku harus yakin dengannya.

Allah membenci dosa saya dengan kebencian sempurna, pada saat yang sama, Dia mengasihi saya dengan kasih sayang yang tak terbatas. KasihNya tidak akan pernah sekalipun berkompromi dengan dosa, tetapi Dia terus terpaut pada anakNya yang berbuat dosa dengan satu tujuan di dalam pikiran — untuk merebut kembali anakNya itu untuk kembali kepadaNya.

Murka-Nya terhadap dosa saya seimbang dengan belas kasihan-Nya pada saya sebagai anak-Nya. Belas kasihan-Nya mengalahkan kebencianNya terhadap dosa saya pada saat Dia melihat saya membenci dosa itu sebagaimana Dia membencinya. Motif saya seharusnya tidak pernah takut pada murka Allah yang membenci dosa saya, sebaliknya malah kesediaan saya untuk menerima kasih-Nya yang berusaha untuk menyelamatkan saya. Jika kasih-Nya kepada saya tidak dapat menyelamatkan saya dari murka-Nya, maka hal itu tidak akan pernah terjadi. KasihNya melebihi dosa saya yang membuat saya malu dan merendahkan diri saya; itulah yang seharusnya menjadi pelajaran bahwa Dia akan tetap mencintai saya terlepas dari apapun yang telah saya lakukan yang membuat Dia berduka.

Pikirkanlah! Allah mengasihani saya! Dia tahu penderitaan saya dalam pertempuran. Dia tidak pernah jauh, Dia selalu berada bersama saya, meyakinkan saya bahwa tidak ada yang dapat memisahkan saya dari kasih-Nya. Dia tahu pertempuran saya yang cukup berat tanpa memaksa saya untuk membebani saya dengan rasa takut tambahan atas murka dan penghakiman. Saya tahu kasih-Nya untuk saya akan membuat Dia akan terus menahan cambukanNya sementara saya sedang berjuang dalam pertempuran. Allah tidak akan pernah menyakiti saya, menyerang saya atau meninggalkan saya sementara saya dalam proses membenci dosa saya dan mencari bantuan dan pembebasan. Sementara saya berenang melawan arus, Dia selalu berada di pantai, siap melemparkan tali penyelamatan untuk saya.

Dosa itu seperti gurita yang memiliki banyak belalai yang mencoba menghancurkan hidup saya. Sangat jarang terjadi, bahwa semua belalai yang berotot itu melonggarkan ikatannya pada saya secara sekaligus. Biasanya hanya salah satu belalai saja. Dalam peperang melawan dosa ini, kemenangan — mengorbankan satu tentara yang tewas. Jarang sekali terjadi bahwa seluruh tentara musuh tewas dengan hanya sebuah ledakan tunggal. Inilah perang mati-matian. Hanya salah satu kemenangan kecil saja. Tetapi Allah tidak mengirim saya untuk berperang tanpa rencana strategi perang. Dia adalah komandan saya; Saya akan berjuang setapak demi setapak, jam demi jam — di bawah arahan-Nya.

Dia mengirimkan Roh Kudus untuk saya dengan arahan yang jelas bagaimana cara melawan, kapan waktunya lari, di mana penyerangan yang berikutnya. Pertempuran ini milik Allah yang berperang melawan pemerintah dan penguasa iblis – pertempuran ini bukan milik saya. Saya hanya seorang prajurit, berjuang dalam perang-Nya. Saya mungkin dapat menjadi lelah, terluka dan putus asa, tapi saya dapat terus berjuang ketika saya tahu bahwa Dia memberikan saya perintah. Saya seorang relawan dalam perang-Nya. Saya siap untuk melakukan kehendak-Nya dengan segala akibatnya. Saya akan menunggu perintah-Nya tentang bagaimanakah caranya untuk menang. Kadang kala, arahan-arahanNya datang secara perlahan. Pertempuran tampaknya ditujukan kepada saya, tapi - pada akhirnya saya tahu bahwa saya menang. Allah hanya ingin saya untuk percaya kepada-Nya. Seperti Abraham, iman saya diperhitungkan sebagai kebenaran. Satu-satunya peran yang dapat saya mainkan dalam perang ini adalah percaya kepada Allah yang akan membawa saya keluar dari pertempuran ini dengan kemenangan.

Apa yang saya lakukan terhadap dosa dalam hidup saya akan menentukan bagaimana musuh saya akan berperilaku. Kemenangan atas dosa yang selalu membuntuti saya akan menyebabkan semua musuh saya yang lainnya melarikan diri. Kekhawatiran, ketakutan, rasa bersalah, kecemasan, depresi, kegelisahan, kesepian — semuanya itu adalah musuh saya. Tapi mereka dapat membahayakan saya ketika dosa menyebabkan saya menjadi target yang tidak dilindungi. Kebenaran itu seperti keberanian seekor singa. Hal ini memiliki pikiran yang jernih dan hati nurani yang jelas dan menjadi benteng yang tidak dapat dikuasai oleh musuh.

Apakah anda menginginkan kemenangan atas semua musuh anda? Pergilah ke jalan yang benar dengan menyelesaikan ganasnya dosa yang selalu membuntuti anda. Hapuslah semua hal yang terkutuk dalam hidup anda dan anda akan menjadi perkasa di dalam Tuhan.

"… marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi (membuntuti atau melecehkan) kita ..." (Ibrani 12:1).