Berilah Allah Kendali Sepenuhnya

Sebagian besar pembaca mengetahui bahwa Mahkamah Agung Amerika Serikat telah memerintahkan agar Sepuluh Perintah Allah tidak boleh ditampilkan lagi di dalam gedung-gedung pengadilan negara. Keputusan bersejarah ini telah diliput secara luas dan mendalam oleh media. Tetapi apakah arti keputusan itu?

Gedung pengadilan adalah tempat di mana hukum harus ditegakkan. Dan Sepuluh Perintah Allah merupakan hukum moral dari Allah, yang tidak pernah bergeser atau berubah. Hukum moral ini bersifat tetap seperti layaknya hukum gravitasi. Jika anda menentang hukum itu, hal itu seperti anda akan sedang melangkah keluar dari sebuah gedung yang tinggi. Anda dapat menyangkal terhadap hukum yang mempengaruhi anda, tetapi ada akibatnya yang pasti harus dibayar.

Sederhananya, Sepuluh Perintah Allah adalah hukum-hukum abadi yang dirancang oleh Allah untuk menjaga masyarakat dari kehancuran masyarakat itu sendiri. Namun, secara luar biasa, banyak perusahaan kontraktor bangunan yang menerima pesanan pekerjaan untuk menghapus habis ukiran Sepuluh Perintah Allah yang terukir di marmer atau beton yang terdapat di dalam gedung-gedung pengadilan negara.

Sungguh, ini merupakan gambaran yang menceritakan keadaan masyarakat kita. Undang-undang yang tidak bisa diubah ini aslinya diukir dalam batu oleh jari Allah. Dan sekarang undang-undang ini telah dihapus oleh hukum manusia.

Saya mendengar beberapa orang Kristen mengatakan, "Apa masalahnya? Kami tidak berada di bawah hukum. Mengapa hal ini harus menjadi masalah? "Saya merasa ngeri ketika saya mendengarnya. Tidak, kami tidak berada di bawah hukum orang Ibrani, yang berarti 613 perintah tambahan yang ditambahkan oleh para rabi orang Yahudi. Tetapi setiap orang Kristen berada di bawah otoritas hukum moral Allah, yang diringkas dalam Sepuluh Perintah Allah. Tidak ada satu pun orang percaya yang dapat dibenarkan melakukan perzinahan, pencurian atau pembunuhan.

Saya ingin tahu apa yang terjadi dalam pikiran Allah ketika para kontrator bangunan tersebut menghapus hukum-hukumNya di depan mata kita. Sekali lagi, beberapa orang percaya menyatakan bahwa "Kami tidak membutuhkan penampilan Sepuluh Perintah Allah itu. Sesungguhnya yang benar-benar kita perlukan adalah memiliki pahatan Sepuluh Perintan Allah ini tertulis di dalam hati kita. "Hal ini bukanlah apa yang dikatakan oleh Firman Allah. Pertimbangkanlah kehadiran Allah yang sangat nyata yang termaksud dalam Sepuluh Perintah Allah tersebut sebagaimana telah disampaikan kepada umat-Nya:

"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,…Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.…haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. "(Ulangan 6:6, 8-9, 6:7).

Fakta yang mengerikan adalah, daya kekuatan kedurhakaan yang terdapat dalam masyarakat kita secara nyata telah menolak Allah. Semua hal yang menyebutkan nama Allah sekarang ini sedang dihapus dari sekolah-sekolah kami, kantor-kantor pengadilan, dan lembaga-lembaga masyarakat kita. Dalam waktu singkat, kekuatan-kekuatan yang sama ini akan mencoba melarang adanya kata-kata "Satu bangsa di bawah kuasa Allah" dalam Ikrar Kesetiaan bangsa Amerika Serikat.

Saya percaya kegilaan ini tidak akan dibiarkan tidak terjawab dalam waktu yang panjang. Saya yakin Allah akan segera bertindak. Ambillah contoh apa yang terjadi di Eropa baru-baru ini. Tahun lalu Uni Eropa mencoba untuk memaksakan sebuah konstitusi yang terang-terangan menolak Allah dan Eropa didefinisikan sebagai Negara-negara sekuler/non agama. Keputusan tersebut gagal, tetapi ujung tombak mereka ini pasti akan kembali, mereka tidak akan menyerah sampai nama Allah dihapuskan dari seluruh daratan Eropa. Mereka telah dengan jelas menyatakan niatnya, yang intinya menyatakan, "Biarlah Allah memiliki surga-Nya. Berikanlah kami bumi ini. Jauhkanlah agama dari wajah kami."

Faktanya, jika anda tidak ingin Allah berada di tengah-tengah anda, Dia akan segera pergi. Pertimbangkanlah apa yang telah terjadi di Eropa sejak konstitusi yang baru diperkenalkan. Jerman dan Perancis menghadapi pengangguran besar-besaran. Biaya kesejahteraan sosial yang melonjak. Instansi-instansi pemerintahan lumpuh, dan terjadi kebingungan yang luar biasa dimana-mana. Namun hal ini hanyalah awal dari ketakutan dan kekacauan yang lebih besar yang akan datang terhadap setiap orang yang menolak Allah secara langsung.

Sekarang ini, semangat/gerakan anti-Allah yang sedang bekerja di Eropa ini juga sedang melanda di Amerika dan kita harus berduka-cita akan hal ini. Alkitab secara terus-menerus menawarkan peringatan mengenai hal ini. Mengapa Allah menghakimi generasi Nuh dengan mengirimkan banjir air bah? Mengapa terjadi penghancuran kota Sodom dan Gomora? Itu semua terjadi akibat pelanggaran hukum. Alkitab mengatakan bahwa dalam masyarakat-masyarakat tersebut, setiap orang menjadi hukum bagi dirinya sendiri, dan orang-orang saleh menjadi sedih karenanya. Lot, yang tinggal di kota Sodom, menjadi jengkel dan tersiksa setiap harinya oleh sebab pelanggaran hukum yang terjadi di dalam masyarakatnya (lihat 2 Petrus 2:8).

Pada penutupan Kitab Kejadian, Allah telah memilih yang kecil, orang-orang tidak penting untuk menjadi bangsa yang mengajarkan bangsa-bangsa lainnya. Dia ingin membangkitkan orang-orang yang akan menjadi contoh teladan yang nyata tentang kebaikan-Nya kepada dunia kafir. Jadi, untuk memberikan kesaksian seperti itu, Allah mengambil umat-Nya dan membawanya ke tempat-tempat yang berada di luar kendali mereka. Dia mengasingkan bangsa Israel di padang gurun, di mana Ia sendiri akan menjadi satu-satunya sumber kehidupan, yang memelihara setiap kebutuhan mereka.

Israel tidak memiliki kendali atas kelangsungan hidup mereka di tempat terpencil tersebut. Mereka tidak bisa mengendalikan ketersediaan makanan ataupun minuman. Mereka tidak bisa mengendalikan tujuan perjalanan mereka, karena mereka sendiri tidak memiliki kompas atau peta. Bagaimanakah mereka bisa makan dan minum? Kemanakah tujuan yang akan mereka tempuh? Dan di manakah mereka akhirnya akan berdiam – bertempat tinggal?

Allah akan melakukan semuanya ini untuk mereka. Dia akan membimbing mereka setiap hari dengan awan keajaiban, yang bersinar di malam hari dan melenyapkan kegelapan di sekitar mereka. Dia akan memberi makan dengan makanan malaikat dari surga dan menyediakan mereka dengan air minum dari Batu Karang. Ya, setiap kebutuhan mereka akan disediakan oleh Allah, dan tidak ada lagi musuh yang akan mampu mengalahkan mereka.

"Dari langit Ia membiarkan engkau [Israel] mendengar suara-Nya untuk mengajari engkau…" (Ulangan 4:36). Umat Allah akan mendengarkan suara sabda yang sangat membimbing mereka, dan pada gilirannya mereka akan bersaksi, "…Pernahkah suatu bangsa mendengar suara Ilahi, yang berbicara dari tengah-tengah api, seperti yang kau dengar dan tetap hidup?" (Lihat 4:32-34).

Bangsa-bangsa yang mengelilingi Israel pada zaman purba itu dipenuhi dengan "allah-allah lain," berhala-berhala yang terbuat dari kayu, perak dan emas. Dewa-dewa bisu yang tidak dapat melihat atau mendengar, tidak untuk dapat mencintai, membimbing atau melindungi orang-orang yang menyembahnya. Namun salah satu dari bangsa-bangsa tersebut bisa berpaling kepada bangsa Israel dan melihat bahwa sebuah bangsa yang khusus yang dibawa keluar oleh Allah melalui padang gurun yang mengerikan. Mereka akan melihat Allah yang berbicara kepada umat-Nya, yang mencintai dan yang merasakan, yang menjawab doa dan memberikan mukjizat. Inilah Allah yang hidup, sang Ilahi yang memandu umatNya dalam setiap seluk beluk kehidupan mereka.

Inilah yang menjadi alasan utama mengapa Allah membangkitkan bangsa Israel yakni untuk menunjukkan kepada dunia kafir; apa yang benar, bagaimanakah Allah yang hidup itu? Saat Ia memandang bangsa-bangsa, Ia melihat umat manusia yang penuh dengan kekerasan dan pelanggaran hukum, Ia menangis menyedihkan untuk dewa-dewa yang tidak bisa menolong mereka. Itulah dunia yang penuh dengan kegelisahan, perjuangan, orang-orang yang berpikiran jahat, yang sesat mengembara seperti domba yang tidak bergembala.

Jadi Allah mengangkat orang-orang yang akan dilatihNya. Memang seharusnyalah terdapat orang-orang yang hidup di bawah kekuasaanNya, yang akan percaya sepenuhnya kepadaNya, memberi sepenuhnya kendali kepadaNya atas setiap segi kehidupan mereka. Orang-orang inilah yang akan menjadi saksi bagi dunia.

Mengapa Allah menginginkan kendali penuh dari manusia? Mengapa Allah bersikeras menuntut mereka untuk percaya sepenuhnya dalam segala hal? Sebab hanya Allah saja yang tahu jalannya. Dia sendiri yang tahu masa depan mereka dan Allah memiliki kekuatan untuk membawa mereka ke dalam peristirahatan penuh. Dan Dia akan melakukan hal-hal yang mustahil yang diperlukan agar mereka dapat mencapai tempat peristirahatan itu.

Inilah sebabnya mengapa Israel ditempatkan ke dalam situasi dimana mereka tidak bisa mengendalikan diri mereka sendiri. Mereka menghadapi cobaan yang tidak bisa dimengerti oleh mereka, ujian-ujian yang berada di luar batas kekuatan mereka untuk mengatasinya. Allah menempatkan mereka dalam krisis-krisis ini agar mereka berdoa memohon iman kepadaNya. Dia ingin membawa mereka melewati pengalaman-pengalaman ini untuk membangun kepercayaan diri mereka sendiri, sehingga tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi pada masa depan, mereka pun dapat berkata, "Tuhan telah membebaskan kita, dan Dia akan memberikan pembebasan yang lainnya lagi. Dia telah membawa kita melewati tulah-tulah negeri Mesir, dan keluar dari perbudakan raja Fir'aun. Segala kemuliaan bagi Tuhan dalam masa krisis kita sekarang ini."

Kekasih, inilah cara yang masih dilakukan Allah untuk menghasilkan iman di antara umat-Nya. Dia membawa kita ke dalam ujian api yang tak mungkin kita dapat bertahan hidup hanya dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri. Kita menghadapi masalah yang tidak dapat dipecahkan kecuali dengan mukjizat pembebasan. Anda lihat, kita seperti bangsa Israel yang ditakdirkan untuk menjadi lamban kemenangan Allah. Dia menginginkan kita menjadi contoh teladan untuk dunia yang terhilang: orang-orang yang dibawa ke ujung batas mereka sendiri, yang melihat gunung-gunung yang tak dapat dilalui, lautan-lautan yang tak dapat diseberangi, pengalaman-pengalaman padang gurun yang mustahil dialami, dan orang-orang yang menyatakan, "Sesungguhnya semuanya ini di luar batas kemampuan saya. Sesungguhnya dibutuhkan keajaiban untuk melihat saya dapat melewati semuanya ini. Saya tidak mungkin bisa mengatasinya dengan daya upaya saya sendiri, dan saya tidak bisa menyimpulkan semuanya itu. Tidak ada seorang pun atau lembaga apapun yang dapat membebaskan saya dari semuanya itu. Tuhanlah satu-satunya harapan saya. Saya harus memberiNya kendali yang penuh atas hidup saya dan masa depan saya. Saya akan percaya kepadaNya dalam segala hal. "

Jadi, pilihan manakah yang dibuat oleh bangsa Israel? Mereka menanggapinya dengan ledakan pemberontakan atas ketidakpercayaan dan ketidak-berimanan - kenyataannya terdapat sepuluh ledakan pemberontakan tersebut. Dan akhirnya, Allah berkata, "Cukup." Pertimbangkanlah betapa banyaknya jumlah ayat-ayat Alkitab yang menyebutkan mereka: "…mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan" (Ibrani 3:19). Sayangnya, orang-orang Israel purba ini tidak dapat menjadi contoh teladan tentang bagaimanakah rupa orang-orang yang sepenuhnya tergantung pada Tuhan mereka, tetapi sebaliknya malah menjadi contoh teladan tentang orang-orang yang tidak percaya.

Orang-orang akhir zaman ini akan dibangkitkan oleh Kristus sendiri. Dan mereka akan diatur oleh Allah, dipimpin oleh Roh, dan sepenuhnya berserah kepada Tuhan dalam setiap bidang kehidupan. Yesus menunjukkan hal ini bagi kita, hidup sepenuhnya tergantung pada Bapa. Dia muncul bukan hanya sebagai Adam yang terakhir, tetapi sebagai "pola manusia" yang terakhir, contoh-teladan utama dari apa yang telah Allah cari: seseorang yang akan memberikan Bapa kendali penuh dalam hidupnya.

"Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku" (Yohanes 6:38). " Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya;…Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku" (5:19, 30 ).

Kita tahu bahwa Yesus sungguh-sungguh tergantung kepada Bapa, dan Dia adalah contoh teladan kita untuk keberhasilan dan kepercayaan. Sesungguhnya, Yesus telah membuatnya menjadi jelas bahwa hidup seperti itu memang mungkin dapat terjadi pada kita. Kebanyakan orang Kristen setuju, dengan mengatakan, "Ya, begitulah seharusnya kita berusaha untuk berjalan. Kita tidak seharusnya hidup dalam ketakutan dan kecemasan, mencoba untuk memecahkan masalah kita dengan cara kita sendiri. Sebaliknya, kita harus menempatkan kehidupan dan kepedulian kita ke dalam tanganNya."

Jika hidup kita benar-benar seperti ini, Allah seharusnya menjadi pemimpin jiwa kita saat ini. Tetapi apakah benar Dia menjadi pemimpin jiwa kita? Bagi banyak orang di gereja, jawabannya tidak jelas. Kami menyanyikan lagu-lagu tentang Yehova Jireh, penyedia kita, dan kita mengutip semua nama Tuhan - El Shaddai, Adonai, TUHAN, Elohim - serta nama-nama kemuliaan Kristus: Mesias, Tuhan di atas segala tuhan, Raja di atas segala raja. Namun segera setelah krisis berikutnya muncul, kita berdukacita dan mempertanyakan kesetiaan Tuhan. Dan kita menyerah pada keraguan dan ketakutan, serta mengandalkan akal kita untuk menemukan jalan keluarnya.

Banyak orang Kristen membaca Alkitab secara teratur, dan percaya bahwa Alkitab itu adalah Firman Allah yang hidup dan yang mengilhami. Berulang kali halaman-halaman Alkitab dibuka, dan mereka membaca tentang generasi yang mendengarkan suara Tuhan. Mereka membaca tentang Allah yang berbicara kepada umat-Nya berulang-ulang kali, sepanjang waktu dengan kalimat ini: "Dan Tuhan berkata…" Namun orang-orang Kristen yang sama ini hidup dengan pengertian seolah-olah Allah tidak berbicara kepada umat-Nya hari ini.

Seluruh generasi orang-orang percaya telah membuat keputusan yang sepenuhnya berdasarkan pada kepentingan mereka sendiri, tanpa berdoa atau konsultasi Firman Allah. Banyak dari antara mereka memutuskan hanya berdasarkan apa yang mereka ingin lakukan, dan kemudian meminta Tuhan untuk menyetujuinya. Mereka bergerak maju dengan paksa, dan doa mereka hanyalah berupa, "Tuhan, jika ini bukan kehendakMu, hentikanlah saya."

Sekarang ini kita hidup dalam zaman yang disebut sebagai "generasi berkedip." Orang-orang membuat keputusan besar hanya dengan kedipan mata. Sebuah buku terlaris yang telah ditulis berdasarkan pada konsep ini, berjudul “Berkedip: Kekuatan Berpikir Tanpa Pikiran” (Blink: The Power of Thinking Without Thinking). Teorinya adalah, "Percayalah pada naluri anda. Keputusan hanya dalam sekejap mata membuktikan menjadi keputusan yang terbaik. "

Pikirkanlah tentang semua "bahasa berkedip" yang kita dengar setiap harinya: "Inilah tawaran abad ini. Anda mendapatkan tawaran keuntungan besar hanya dalam waktu semalaman saja. Tetapi anda hanya memiliki kesempatan yang sangat singkat. Dapatkanlah itu sekarang juga! "Pendorong semangat yang berada di balik semuanya itu adalah,"Berkedip, berkedip, dan berkedip! "

Pemikiran semacam itu sudah mulai menjangkiti gereja, yakni dalam mempengaruhi pengambilan keputusan yang tidak hanya dilakukan oleh "Orang-orang Kristen Sekejap Mata" tetapi juga oleh “Para pendeta/pengerja Sekejap Mata”. Para umat yang bingung telah menulis surat kepada kami dengan cerita yang sama: "Pendeta kami baru saja kembali dari konferensi mengenai pertumbuhan gereja dan dengan segera mengumumkan bahwa, "Mulai hari ini, semuanya berubah." Dia memutuskan untuk mengubah gereja kami menjadi salah satu gereja yang mengikuti model terbaru yang populer hanya dalam waktu semalaman! Dia bahkan tidak meminta kita untuk berdoa tentang hal itu. Sehingga kami semua menjadi bingung dibuatnya. "

Hanya beberapa tahun yang lalu, terdapat semboyan di kalangan umat Kristen seperti; "Apakah anda berdoa untuk hal ini? Apakah anda mencari Tuhan untuk hal itu? Apakah saudara dan saudari di sekitar anda berdoa untuk hal itu? Apakah anda telah menerima nasehat dan petunjuk dari Tuhan? "

Saya bertanya kepada anda, apakah hal tersebut telah anda praktekkan? Pada tahun lalu, berapa banyak keputusan penting yang telah anda buat di mana anda benar-benar menyerahkannya kepada Allah dan berdoa untuk hal-hal tersebut dengan tulus? Atau, berapa banyak dari keputusan yang anda buat hanya "dalam sekejap mata"? Inilah alasannya mengapa Tuhan ingin mengendalikan sepenuhnya pada saat kita mengambil keputusan yakni demi menyelamatkan kita dari bencana - yang sama persis yang telah terjadi sebagai akibat "keputusan-keputusan sekejap mata" yang kita buat.

Tak ada rumusan tentang bagaimana kita hidup sepenuhnya tergantung pada Tuhan. Yang dapat saya tawarkan kepada anda adalah apa yang telah Allah ajarkan kepada saya mengenai hal ini. Tuhan telah menunjukkan kepada saya dua hal sederhana tentang bagaimana caranya saya memberiNya kendali sepenuhnya.

Pertama, saya harus yakin bahwa Tuhan sangat rindu dan bersedia memberitahukan kehendak-Nya kepada saya, bahkan dalam rincian kecil dalam hidup saya. Saya harus percaya bahwa Roh Kudus yang tinggal di dalam saya mengetahui kehendak Tuhan bagi saya, dan bahwa Ia akan membimbing saya, memimpin saya dan berbicara kepada saya.

"Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;…Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku" (Yohanes 16:13-14). Tuhan Yesus berkata kepada kita bahwa Roh Kudus akan menyampaikan pikiran dan kehendak Allah kepada kita."…pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab, dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: "Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,…" (Yesaya 30:19, 21).

Mungkin saat ini anda sedang dilanda beberapa penderitaan, dan mungkin salah satunya disebabkan oleh keputusan sekejap mata itu. Namun demikian, Tuhan menjanjikan, "telinga bagian dalam anda akan mendengar Roh-Ku berbicara kepada anda, 'Pergilah, ikutilah itu. Lakukan ini. Dan jangan lakukan itu…'"

Kedua, kita harus berdoa dengan iman yang teguh agar kita diberikan daya untuk menaati petunjuk Tuhan. Alkitab berkata, "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobus 1:6-7).

 

Ketika Allah memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu, kita perlu daya kekuatan untuk tetap berpegang teguh pada petunjuk-Nya serta menaati-Nya dengan sepenuh hati. Lebih dari lima dasawarsa saya hidup dalam pelayanan; saya telah belajar bahwa Setan dan tubuh jasmani ini akan selalu menanamkan keraguan dan pertanyaan dalam benak saya. Dan saya membutuhkan daya kekuatan dari surga untuk tidak mengatakan "ya" untuk setiap keadaan dimana ketika Yesus mengatakan "tidak."

Banyak orang dari kalangan kita berdoa, "Tuhan, saya tahu apa yang Engkau katakan. Tetapi saya masih tidak yakin bahwa yang berbicara itu adalah suaraMu Tuhan. Bahkan, saya tidak yakin bahwa saya cukup rohani untuk dapat mengenali suaraMu. Bukalah atau tutuplah pintu hati saya untuk melakukan hal ini. "

Itu bukanlah tanggapan iman yang Ia cari dari anak-anakNya. Anda dapat mendoakan semua yang anda inginkan, selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari pada suatu waktu, dengan menangis dan memohon. Tetapi jika anda tidak mendoakannya dengan iman - percaya bahwa Roh Kudus akan membimbing anda, seperti yang telah janjikan oleh Yesus - Anda tidak akan pernah memiliki pikiran Allah yang disampaikanNya kepada anda. Dia menunggu sampai Ia melihat anda sungguh-sungguh rindu untuk menerima apapun yang Ia katakan, dan menaatiNya tanpa ada pertanyaan apapun. Tanggapan kita kepadaNya seharusnyalah seperti ini; "Tuhan, Engkau adalah pemimpin atas keselamatan saya. Biarlah kehendakMu yang jadi di dalam hidup saya. "

Kadang-kadang, Allah meminta anda untuk melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Untuk seorang pengkhotbah kampungan seperti saya, hal itu sungguh-sungguh tidak masuk akal untuk meninggalkan kota kecil saya untuk pergi ke kota besar New York untuk memberitakan Injil kepada para anggota geng. Hal itu sangatlah bertentangan dengan semua alasan yang saya ketahui, "Pergilah ke Brooklyn, ke proyek perumahan Fort Greene, dan bersaksilah kepada para anggota geng Mau Mau."

Hanya ada satu alasan bagi saya untuk pergi: karena Tuhan telah mengatakan untuk melakukannya. Di sanalah saya bertemu Nicky Cruz. Sekarang, setelah beberapa dasawarsa kemudian, ratusan ribu orang telah datang kepada Yesus sebagai hasil dari petunjuk/arahan yang tidak masuk akal dan hal ini nampaknya akan terus bertambah banyak.

Allah tidak menipu umat-Nya, Dia telah berjanji untuk membuat kehendak-Nya menjadi jelas bagi semua orang yang mencari Dia. Dan ketika kita sudah memberikan kendali penuh dari kehidupan kita kepadaNya, kita akan mendengar suaraNya dari belakang seraya berkata, "Inilah caranya, hamba-Ku tercinta. Sekarang, berjalanlah di dalamnya dengan penuh keyakinan. Aku memiliki segala sesuatunya di bawah kendali-Ku. "